MENINGKATKAN KEAKTIFAN
DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA POKOK BAHASAN
PERNIKAHAN DALAM
PERSPEKTIF KRISTIANI, KELAS XI IPA 3
SMA NEGERI 3 POLEWALI
TAHUN AJARAN 2020/2021
BAB
I. PENDHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Seiring dengan tanggung jawab
profesional pengajar dalam proses pembelajaran, maka dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran setiap guru dituntut untuk selalu menyiapkan segala
sesuatu yang berhubungan dengan program pembelajaran yang akan berlangsung.
Tujuannya adalah agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan
efisien, yaitu tujuan akhir yang diharapkan dapat dikuasai oleh peserta didik.
SMA Negeri 3 Polewali siswa yang
belajar Pendidikan Agama Kristen, kelas XI
ada 5 kelas. Guru Mata Pelajaran Pendidikan
agama Kristen kelas XI ada dua orang, Kelas yang peneliti ajar ada 3 kelas, dalam prestasi belajar
siswa kelas ini masih rendah, khususya kelas X I IPA 3, hal ini dapat dilihat
dari nilai rata-rata siswa yaitu 65 pada semester genap yang masih dibawah KKM sekolah yaitu 70.
Menurut keterangan sebagian besar siswa
mengalami kesulitan dalam materi
Pernikahan dalam pespektif Kristiani, karna guru lebih
sering menjelaskan materi melalui ceramah, siswa cenderung pasif, dan aktivitas
siswa yang sering dilakukan hanya mendengarkan.
Siswa masih malu bertanya, malu bebicara kepada guru jika mengalami
kesulitan dalam memahami
pelajaran.
Sesuai dengan uraian diatas maka peneliti
mengadakan penelitian dengan judul ”Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar
Siswa melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Students Teams
Achievement Division) pada Pokok Bahasan Pernikahan dalam Perspektif Kristiani. Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui apakah pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan dan
prestasi belajar siswa pada materi Pernikahan dalam Perspektiv Kristiani.
B. Identifikasi
Masalah :
Dalam proses pembelajaran pada materi Pernikahan dalam pespektif Krsistiani sebagian
besar siswa kelas XI SMAN 3
Polewali mengalami kesulitan dalam menyelesaikan Soal dan Tugas yan diberikan. Siswa masih lemah dalam pemahaman konsep Pernikahan, hal ini yang
menyebabkan prestasi belajar siswa rendah dilihat dari hasil rata-rata semester
Genap siswa.
Dalam pembelajaran siswa masih malu bertanya dan mengeluarkan pendapat sehingga
keaktifan siswa belum nampak. Hal itu dikarenakan pembelajaran masih berpusat
pada guru. Interaksi dan komunikasi antara siswa dengan siswa lainnya maupun
dengan guru belum terjalin selama proses pembelajaran karena diskusi kelompok
jarang dilakukan. Dalam proses belajar mengajar seharusnya siswa aktif agar
proses belajar menjadi bermakna. Guru seharusnya menggunakan model pembelajaran
yang mengajak siswa untuk belajar dalam kelompok sehingga siswa akan terbiasa
aktif bertanya dan berpendapat. Salah satu model pembelajaran yang mendorong
keaktifan, kemandirian dan tanggung jawab dalam diri siswa diantaranya adalah
model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
C. Pembatasan
dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
penelitian ini hanya akan membahas masalah upaya meningkatkan keaktifan dan
prestasi belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dalam penelitian ini indikator
meningkatnya keaktifan siswa dilihat dari proses pembelajaran selama dikenai
tindakan dan meningkatnya prestasi belajar siswa dilihat dari hasil tes siswa.
Berdasarkan uraian diatas rumusan
masalah yang diajukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :
1. Apakah
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa pada materi
Pernikahan dalam Perspektif Kristiani Kelas XI IPA 3?
2. Apakah
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi Pernikahan
dalam Perspektif Kristiani Kelas XI IPA 3 ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas,
tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Meningkatkan
keaktifan belajar siswa pada materi Pernikahan dalam Perspektif Kristiani SMAN
3 Polewali melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Meningkatkan
prestasi belajar siswa pada materi Pernikahan dalam Perspektif Kristiani SMAN 3
Polewali melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
E. Manfaat
Hasil Penelitian
Hasil
penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:
1. Bagi Guru
Sebagai
bahan pertimbangan dalam menentukan model pembelajaran dengan tujuan agar dapat
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.
2. Bagi Siswa
Sebagai
wahana baru dalam proses meningkatkan keaktifan dan prestasi dalam pembelajaran
matematika.
3. Bagi
Sekolah
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi kepala sekolah
untuk mengambil suatu kebijakan yang paling tepat dalam kaitan dengan upaya
menyajikan strategi pembelajaran yang efektif dan efesien di sekolah demi
meningkatkan minat belajar peserta didik.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Deskripsi
Teori .
1.
Pengertian Belajar
Menurut Hintzman belajar merupakan suatu
perubahan yang terjadi dalam diri manusia disebabkan oleh pengalaman yang dapat
mempengaruhi tingkah laku manusia (Muhibbin Syah, 2005:90). Kegiatan belajar
merupakan unsur yang sangat mendasar dalam setiap penyelenggaraan jenis dan
jenjang pendidikan. Jadi perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman baru dapat
dikatakan belajar apabila mempengaruhi prilaku dalam kehidupan sehari-hari
sampai batas tertentu.
Menurut Oemar Hamalik (2003:50) terdapat
unsur-unsur yang terkait dalam proses belajar diantaranya: 1) motivasi siswa,
2) bahan belajar, 3) alat bantu belajar, 4) suasana belajar, 5) kondisi subjek
yang belajar. Kelima unsur inilah yang bersifat dinamis yang sering berubah,
menguat atau melemah dan mempengaruhi proses belajar siswa. Proses belajar pada
hakekatnya merupakan perubahan dalam tingkah laku seseorang dalam situasi
tertentu yang berulang-ulang berdasarkan keadaan seseorang.
Menurut peneliti perbuatan belajar
adalah suatu perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman baru yang mempengaruhi
tingkah laku siswa dalam situasi tertentu yang berulang-ulang. Setiap perbuatan
belajar mengandung beberapa unsur yang bersifat dinamis (berubah-ubah) dalam
arti dapat menjadi lebih kuat atau melemah. Kedinamisan ini dipengaruhi oleh
kondisi yang ada dalam diri siswa dan yang ada diluar diri siswa yang tentu
pula ada pengaruhnya terhadap kegiatan belajar siswa.
2.
Pembelajaran Kooperatif.
Pembelajaran kooperatif menggunakan
sistem pengelompokan yang terdiri empat sampai enam orang yang mempunyai
kemampuan akademik, jenis kelamin, suku yang heterogen (Wina Sanjaya,
2007:240). Pada proses pembelajarannya siswa diberi kesempatan bekerja dalam
kelompok kecil untuk mendiskusikan dan memecahkan masalah. Tugas kelompok dapat
memacu para siswa untuk bekerja sama dalam mengintegrasikan pengetahuan baru
dengan pengetahuan yang telah dimilikinya.
Pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Menurut Depdiknas (2005:14), model pembelajaran kooperatif
mempunyai ciri-ciri antara lain:
a.
Untuk menuntaskan materi
belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif.
b.
Kelompok dibentuk dari
siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c.
Jika dalam kelas terdapat
siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang
berbeda. Maka diupayakan agar dalam tiap kelompokpun terdiri dari ras, suku,
budaya, jenis kelamin yang berbeda pula.
d.
Penghargaan lebih
diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.
Untuk penguasaan materi pelajaran setiap
siswa dalam kelompok bertanggung jawab secara bersama dengan cara berdiskusi,
saling tukar pendapat, pengetahuan dan pengalaman. Kemampuan atau prestasi
setiap anggota kelompok sangat menentukan hasil pencapaian belajar kelompok,
untuk itu penguasaan materi pelajaran setiap siswa ditekankan dalam strategi
pembelajaran kooperatif. Dengan model pembelajaran kooperatif diharapkan siswa
dapat mengembangkan semua potensinya secara optimal dengan cara berpikir aktif
selama proses belajar berlangsung.
Menurut Depdiknas (2005:15) pengelolaan
pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif, paling tidak
ada tiga tujuan yang hendak dicapai yaitu:
a.
Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan
kinerja siswa dalam tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model
kooperatif unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit.
b.
Pengakuan adanya keragaman
Model kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima
teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang.
Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan
tingkat sosial.
c.
Pengembangan keterampilan sosial
Pembelajaran
kooperatif bertujuan untuk mengembangkan keterampilan siswa. Keterampilan
sosial yang dimaksud antara lain: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai
pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja dalam
kelompok.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah
pembelajaran (Ismail, 2003:21) yaitu:
a.
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru
meyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut
dan memotivasi siswa belajar.
b.
Menyajikan informasi
Guru
menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan
bacaan.
c.
Mengorganisasikan siswa
kedalam kelompok-kelompok belajar
Guru
menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
d.
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Guru
membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
e.
Evaluasi
Guru
mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
f.
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar
individu maupun kelompok.
Bila diperhatikan langkah-langkah model
pengajaran kooperatif di atas maka tampak bahwa proses demokratis dan peran
aktif siswa di kelas lebih banyak selama pembelajarannya. Kendala yang dihadapi
dalam penerapan model pembelajaran kooperatif adalah siswa yang pandai merasa
terbebani oleh temannya yang kurang pandai. Siswa yang pandai ini merasa
memberikan kontribusi lebih banyak dalam nilai kelompok. Hal ini dapat diatasi
dengan menginformasikan sistem penilaian kepada siswa lebih dahulu sebelum
pembelajaran dimulai.
Menurut Slavin (1995:80) salah satu cara perhitungan dalam
penentuan nilai perkembangan siswa sebagai berikut:
Langkah 1 : Menetapkan skor dasar
Setiap siswa diberikan skor dasar berdasarkan skor kuis sebelumnya.
Langkah
2 : Menentukan skor kuis terkini
Siswa memperoleh skor dari kuis yang berkaitan dengan materi terkini.
Langkah 3 : Menghitung skor perkembangan.
Setiap siswa memperoleh poin peningkatan individu yang
besarnya dihitung dari selisih skor sekarang dan skor dasar. Poin tersebut
ditentukan dengan menggunakan skala berikut:
Tabel 1. Kriteria Poin Perkembangan
Kriteria |
Nilai perkembangan |
Lebih dari 10 poin dibawah
skor dasar |
5 poin |
10 poin hingga 1 poin
dibawah skor dasar |
10 poin |
Skor dasar hingga 10 poin
diatas skor dasar |
20 poin |
Lebih dari 10 poin diatas
skor dasar |
30 poin |
Pekerjaan sempurna tanpa
memperhatikan skor dasar |
30 poin |
Sumber: (Slavin, 1995:80)
3.
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Sebuah tim dalam STAD merupakan sebuah kelompok terdiri dari empat atau lima siswa
yang mewakili heteroginitas kelas ditinjau dari kinerja, suku, dan jenis
kelamin (Mohamad Nur, 2005:23). Menurut Mohamad Nur (2005:20) STAD terdiri dari lima komponen utama
yaitu presentasi kelas, kerja tim, kuis, skor perbaikan individu dan
penghargaan tim.
a.
Presentasi Kelas
Presentasi ini paling sering
menggunakan pengajaran langsung atau ceramah yang dilakukan oleh guru namun
presentasi dapat meliputi presentasi audio-visual atau penemuan kelompok
(Mohamad Nur, 2005:20). Pada kegiatan ini siswa harus sungguh-sungguh
memperhatikan presentasi kelas karena dengan begitu akan membantu mereka
mengerjakan kuis dengan baik. Dan skor kuis yang mereka peroleh akan menentukan
skor timnya.
b.
Kerja Tim
Dalam setiap kelompok terdiri dari
empat atau lima siswa yang heterogen berdasarkan pretasi belajar, jenis kelamin
dan suku. Setelah guru mempresentasikan materi, tim tersebut berkumpul untuk
mempelajari materi yang sudah diberikan dengan menggunakan lembar kerja. Pada
tahap kerja kelompok ini siswa secara bersama mendiskusikan masalah dan
membantu antar anggota dalam kelompoknya. Kerja tim yang paling sering
dilakukan adalah membetulkan setiap kekeliruan atau miskonsepsi apabila teman
sesama tim membuat kesalahan.
c.
Kuis
Sejauh mana keberhasilan siswa dalam
belajar dapat diketahui dengan diadakannya kuis oleh guru mengenai materi yang
dibahas. Dalam mengerjakan kuis ini siswa harus bekerja secara individu
sekalipun skor yang ia peroleh nanti dapat digunakan untuk menentukan
keberhasilan kelompoknya. Kepada setiap individu, guru memberikan skor yang
digunakan untuk menentukan skor bersama bagi setiap kelompok.
d.
Skor Perbaikan Individu
Skor yang diperoleh setiap anggota
dalam kuis akan berkontribusi pada kelompok mereka, dan didasarkan pada sejauh
mana skor mereka telah meningkat dibandingkan dengan skor rata-rata awal yang
telah mereka capai sebelumnya (Isjoni dkk, 2007:72). Berdasarkan skor awal
setiap individu ditentukan skor peningkatan atau perkembangan. Rata-rata skor
peningkatan dari tiap individu dalam suatu kelompok akan digunakan untuk
menentukan penghargaan bagi kelompok yang berprestasi.
e.
Penghargaan Tim
Kelompok dapat memperoleh sertifikat
atau penghargaan lain apabila skor rata- rata yang didapat melampaui kriteria
tertentu. Penghargaan yang diperoleh menunjukkan keberhasilan setiap kelompok
dalam menjalin kerjasama antar anggota kelompok. Penghargaan kelompok dilakukan
dengan memberikan penghargaan berupa sertifikat atau penghargaan lain atas usaha
dan kerja keras yang dilakukan kelompok.
Menurut Mohamad Nur (2005:36) ada tiga
tingkat penghargaan yang diberikan berdasarkan skor tim rata-rata. Ketiga
tingkat adalah sebagai berikut :
Tabel
2. Kriteria Penghargaan Kelompok
Kriteria (rata-rata tim) |
Penghargaan |
15 |
TIM BAIK |
20 |
TIM HEBAT |
25 |
TIM SUPER |
Sumber: (Mohamad Nur, 2005:36)
4.
Keaktifan Siswa
Aktif menurut kamus besar bahasa
Indonesia (2002:19) berarti giat (bekerja atau berusaha), sedangkan keaktifan
diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif. Keaktifan siswa
dalam belajar matematika tampak dalam kegiatan berbuat sesuatu untuk memahami
materi pelajaran.
Menurut Moh User Usman (2002:26) cara
yang dapat dilakukan guru untuk memperbaiki keterlibatan siswa antara lain
sebagai berikut:
a. Tingkatkan
persepsi siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar yang membuat respon
yang aktif dari siswa
b. Masa
transisi antara kegiatan dalam mengajar hendaknya dilakukan secara cepat dan
luwes
c. Berikan
pengajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar yang akan dicapai
d. Usahakan
agar pengajaran dapat lebih memacu minat siswa.
Menurut Lidgren (Moh User Usman,
2002:24) terdapat empat jenis interaksi dalam kegiatan belajar mengajar
diantaranya sebagai berikut :
Komunikasi satu arah (gambar 1.a)
merupakan komunikasi yang hanya dilakukan oleh guru
terhadap siswa, sementara siswa hanya
pasif sebatas mendengarkan
komunikasi dari guru. Komunikasi dari guru sudah mendapat respon balik
dari siswa, tetapi tidak ada interaksi antar siswa. Interaksi yang terjadi hanya
antara guru dan siswa selama pembelajaran (gambar 1.b). Komunikasi dari guru
sudah mendapat respon balik dari siswa dan ada interaksi diantara siswa, tetapi
belum keseluruhan siswa yang melakukan interaksi baik dengan guru maupun siswa
lainnya (gambar 1.c). Komunikasi sudah berjalan baik antara guru dengan siswa
maupun antara siswa dengan siswa lainnya. Dalam hal ini interaksi sudah optimal
selama proses pembelajaran (gambar 1.d).
Jenis-jenis interaksi pembelajaran
diatas menunjukkan derajat keaktifan siswa. Anak panah menunjukkan arah
komunikasi sehingga semakin banyak ruas garis berarah menunjukkan semakin
tinggi interaksi siswa. Interaksi lebih tinggi ini diperlukan dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Keaktifan siswa merupakan suatu keadaan
dimana siswa berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Dalam hal ini
keaktifan siswa terlihat dari merespon pertanyaan atau perintah dari guru,
mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, berani mengemukakan pendapat,
dan aktif mengerjakan soal yang diberikan guru.
5.
Prestasi Belajar
Belajar merupakan salah satu dasar untuk mengetahui sejauh
mana materi pelajaran yang disampaikan guru dapat diterima dan dipahami
sehingga prestasi belajar siswa dapat diketahui dari hasil tes yang diberikan. Menurut Saifudin
Azwar (1998:45) prestasi merupakan hasil yang telah dicapai dari apa yang telah
dilakukan dan dikerjakan secara optimal.
Menurut Dalyono (2005:55) ada beberapa
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor intern dan faktor
ekstern. Faktor intern meliputi kesehatan, intelegensi, bakat, minat, dan
motivasi, sedangkan faktor ekstern meliputi keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan sekitar. Faktor yang bersumber dari dalam diri siswa yaitu
kecerdasan, minat, motivasi dan kemampuan kognitif sedangkan faktor dari
lingkungan keluarga yaitu tingkat pendidikan orang tua dan jumlah anggota orang tua.
Prestasi belajar siswa merupakan hasil
yang telah dicapai siswa setelah belajar dan mengerjakan secara optimal yang
diperoleh dari hasil tes individu. Perbedaan kemampuan belajar siswa
berpengaruh pada prestasi belajar yang dicapai dari setiap siswa karena faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar siswa juga
berbeda-beda.
6.
Materi
Pernikahan Dalam Perspektif
Kristiani
Pernikahan Dalam Perspektif Kristiani
merupakan salah satu materi pelajaran yang diberikan pada siswa SMA kelas XI. Pesatnya
perkembangan sosial dan perubahan nilai-nilai di sekitar kita, dapat
mempengaruhi kehidupan pernikahan dan keluarga. dalam kenyataan juga kita jumpai
adanya nilai-nilai yang merendahkan martabat hidup perkawinan, misalnya:
maraknya hubungan seksual sebelum pernikahan, perselingkuhan, poligami,
perceraian, dan kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga (KDRT). Oleh
karena itu, kita perlu menyadari adanya perubahan-perubahan, mengantisipasi
hal-hal yang akan terjadi dan berusaha untuk mencegah berbagai permasalahan
kehidupan pernikahan. Untuk itu, maka perlu pemahaman yang jelas tentang pernikahan maupun
kehidupan berkeluarga secara kristiani.
Selaku orang
muda kita pun perlu memikirkan dan mempersiapkan suatu pernikahan yang
baik dan memiliki kehidupan keluarga yang berkenan kepada Tuhan. Mengapa
mempersiapkan suatu pernikahan kristiani itu dianggap penting? Hal itu sangat
penting terutama bagi pasangan yang akan melangsungkanpernikahan. Di samping
itu juga penting bagi gereja supaya citra gereja sebagai keluarga Allah, di mana
para warganya terdiri dari keluarga-keluarga Kristen dapat dijaga, dan kehendak
Allah dapat diterapkan. Banyak tantangan baik dalam kehidupan pernikahan
maupun di dalam gereja yang harus dihadapi, dan sendi-sendi pernikahan
Kristen perlu dipertahankan.
Pada dasarnya tujuan hidup kita sebagai manusia adalah untuk mencapai suatu kebahagiaan
dan kesejahteraan. Pernikahan pada hakikatnya adalah suatu persekutuan hidup
antara laki-laki dan perempuan karena mereka saling mencintai, dan ingin
membentuk suatu kehidupan bersama secara tetap, memiliki tujuan yang sama yakni
ingin saling membahagiakan dan kalau diperkenankan Tuhan memiliki keturunan.
Pada setiap budaya di Indonesia, perkawinan dianggap sesuatu yang sangat
penting di dalam masyarakat. Sesungguhnya pernikahan bukanlah masalah dua
orang saja yang menikah, namun juga menjadi masalah agama dan keluarga besar.
Tuhan menciptakan manusia menurut
citra-Nya, Ia memanggil manusia untuk saling mengasihi sekaligus untuk mengasihi Allah.
Itulah hakikat cinta kasih.
Tuhan memberikan kodrat manusiawi kepada laki-laki dan
perempuan, dan memanggilnya untuk saling mengasihi dan bertanggung jawab dalam hidup dan persekutuan.
Satu-satunya “lingkungan” yang memungkinkan penyerahan diri dalam arti
sepenuhnya ialah pernikahan, dimana disitu ada perjanjian cinta kasih antara
suami istri yang dipilih secara sadar. Pernikahan Kristen merupakan pernikahan yang
eksklusif dan unik, untuk hidup dalam kesetiaan sepenuhnya antara laki-laki dan
perempuan sesuai dengan rencana Allah Sang Pencipta.
Keluarga Kristen sesungguhnya
menerima dan menjadi pewarta kabar gembira. Hal itu dapat dimulai sejak saat
persiapan pernikahan, sebagai suatu perjalanan iman, suatu kesempatan dan peluang
dimana para calon pengantin
semakin memperdalam imannya dan dengan bebas menerima
panggilan Kristus untuk mengikuti-Nya dalam hidup berkeluarga.
B.
Penelitian
yang Relevan
Penelitian
yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan Tintin Prihatiningsih
pada tahun 2006 tentang ” Peningkatan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran
Matematika melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Pokok Bahasan Bilangan Bulat Kelas VIIA SMPN 5 Depok
Yogyakarta”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran pada pokok bahasan bilangan bulat dapat meningkat.
Penelitian
lain yang dilakukan oleh Sony Irianto (2006) tentang “Pengaruh Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dan TGT (Teams
Game Tournaments) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari
Kreativitas Siswa SMP di Purwokerto”. Analisis data menunjukkan hasil : 1)
tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai prestasi belajar matematika yang
disebabkan oleh pembelajaran kooperatif tipe STAD, TGT, dan
pembelajaran konvensional, 2) tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai
prestasi belajar matematika yang disebabkan oleh perbedaan tingkat kreativitas,
3) tidak ada interaksi pengaruh yang signifikan mengenai prestasi belajar
matematika yang disebabkan oleh pembelajaran kooperatif tipe STAD, TGT, pembelajaran konvensional, dan tingkat kreativitas.
C. Kerangka Konseptual
Upaya yang diperlukan untuk mendorong
siswa aktif dalam kegiatan belajar di kelas selalu bergantung pada guru.
Keaktifan siswa belum berkembang selama proses pembelajaran yang berdampak pada
prestasi belajar siswa masih rendah dalam mempelajari materi pernikahan dalam perspektif kristiani. Hal ini yang menjadi indikator perlunya upaya untuk membantu siswa
agar dapat mempelajari materi pernikahan
dalam perspektif kristiani dengan lebih baik sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
Penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD lebih mendorong
kemandirian, keaktifan dan tanggung jawab dalam diri siswa. Dalam pembelajaran
ini siswa lebih banyak berperan selama kegiatan berlangsung. Melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa
pada materi Pernikahan dalam
Perspektif Kristiani kelas XI IPA 3, SMAN 3 Polewali.
Berdasarkan paparan di atas, maka
kerangka penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar
Alur Kerangka Berpikir.
|
|
|
||||||
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas
maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah :
1.
Penerapan model
pembelajaran koopertif tipe STAD dapat
meningkatkan keaktifan belajar siswa pada materi Pernikahan dalam Perspektif
Kristiani SMAN 3 Polewali.
2.
Penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi Pernikahan dalam Perspektif
Kristiani SMAN 3 Polewali.
E.
Indikator
Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah meningkatnya
keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas XI IPA 3, SMA Negeri Polewali. Peningkatan keaktifan belajar siswa dilihat dari aktivitas belajar selama
kegiatan belajar mengajar berlangsung. Sedangkan peningkatan prestasi belajar
siswa dilihat dari hasil tes siswa melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan menggunakan
kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah yaitu dengan nilai
ketuntasan 70.
BAB
III METODE PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negri 3 Polewali
pada semester ganjil bulan September
sampai dengan November 2020.
Dengan menyesuaikan jam pelajaran Pendidikan Agama Kristen, kelas XI , SMA Negeri 3
Polewali.
A.
Subyek
dan Obyek Penelitian
Subyek
penelitian ini adalah siswa kelas XI
IPA 3, SMA Negeri 3 Polewali,
yaitu 26 siswa yang terdiri dari 10 siswa putra dan 6 siswa putri. Dan obyek penelitian ini adalah penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
B.
Desain Penelitian
Jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara
kolaboratif. Dalam penelitian kolaboratif pihak yang melakukan tindakan adalah
guru itu sendiri sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap
berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti (Suharsimi Arikunto, 2002:17).
Menurut Kemmis dan Taggart ada beberapa tahapan dalam penelitian ini (Rochiati
Wiriaatmadja, 2005:66) yaitu:
1. Perencanaan (plan)
2. Tindakan (act)
3.
pengamatan (observe)
4.
refleksi (reflect).
Dalam
penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus. Siklus dihentikan apabila kondisi
kelas sudah stabil dalam hal ini guru sudah mampu menguasai keterampilan
belajar yang baru dan siswa terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD serta data yang ditampilkan di
kelas sudah jenuh dalam arti sudah ada peningkatan keaktifan dan prestasi
belajar siswa (Rochiati Wiriaatmadja, 2005:103). Alur penelitiannya adalah:
Gambar 3: Model Spiral dari Kemmis dan
Taggart.
C.
Tahapan
Penelitian
1.
Tahapan
Penelitian Siklus I
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan
silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, hand
out, lembar kerja siswa, lembar observasi keaktifan, lembar angket respon
siswa, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran STAD dan pedoman wawancara yang kemudian dikonsultasikan dengan
dosen pembimbing.
Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dilakukan
dalam tiga kali pertemuan. Tahap tindakan dilakukan oleh guru dengan menerapkan
model pembelajaran koopertif tipe STAD.
Proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran Pendiidkan
agama Kriten kelas XI IPA 3. Materi yang akan diberikan adalah materi
Pernikahan dalam Perspektif Kristiani
Adapun tindakan yang dilakukan pada tiap siklus
yaitu:
1)
Pendahuluan
Guru menyampaikan
presentasi kelas dengan memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa dalam
mempelajari materi Pernikahan dalam Perspektif Kristiani.
2)
Kegiatan Inti
a.
Siswa
belajar dalam kelompok
b.
Guru
memberi penekanan dari hasil diskusi dalam kelompok.
c.
Siswa
mengerjakan kuis secara individu
d.
Peningkatan nilai
e.
Pemberian
penghargaan kelompok
3)
Penutup
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang telah berhasil mencapai
kriteria keberhasilan tertentu.
Dilakukan selama proses pembelajaran
dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan dan mencatat
kejadian-kejadian yang tidak terdapat dalam lembar observasi dengan membuat
lembar catatan lapangan. Hal-hal yang diamati selama proses pembelajaran adalah
kegiatan pembelajaran dan aktivitas guru maupun siswa selama pelaksanaan pembelajaran.
Pada tahap ini peneliti bersama guru
melakukan evaluasi dari pelaksanaan tindakan pada siklus I yang digunakan
sebagai bahan pertimbangan perencanaan pembelajaran siklus berikutnya. Jika
hasil yang diharapkan belum tercapai maka dilakukan perbaikan yang dilaksanakan
pada siklus kedua dan seterusnya.
2.
Tahapan
Penelitian Siklus II dan Siklus III
Rencana
tindakan siklus II dimaksudkan sebagai hasil refleksi dan perbaikan terhadap
pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Sedangkan kegiatan pada siklus III
dimaksudkan sebagai hasil refleksi dan perbaikan terhadap pelaksanaan
pembelajaran pada siklus II. Tahapan tindakan siklus II dan siklus III
mengikuti tahapan tindakan siklus I.
D.
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah:
1.
Observasi
Dalam
penelitian ini terdapat dua pedoman observasi yaitu observasi keaktifan siswa
dan obsevasi pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Observasi keaktifan siswa difokuskan pada pengamatan
keaktifan siswa selama proses pembelajaran pada materi himpunan. Sedangkan
observasi pelaksanaan pembelajaran STAD difokuskan
pada aktivitas guru maupun siswa selama proses pembelajaran. Dan pengamatan
yang belum terdapat pada pedoman observasi dituliskan pada lembar catatan
lapangan.
2.
Angket
Angket
dibagikan dan diisi oleh siswa yang fungsinya untuk mengetahui respon siswa
terhadap pelaksanaan pembelajaran Pendidikan
Agama Kristen dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3.
Wawancara
Wawancara
dilakukan dengan cara bertanya kepada guru dan siswa mengenai proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
4.
Tes
Tes
digunakan berupa kuis individu yang fungsinya untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa setelah mempelajari materi Pernikahan dalam perspektif kristiani dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD.
5.
Dokumentasi
Dokumentasi
diperoleh dari hasil kuis siswa, lembar observasi, lembar wawancara, catatan
lapangan, daftar kelompok siswa, dan foto-foto selama proses pembelajaran.
E.
Instrumen Penelitian
1.
Peneliti
Peneliti
merupakan instrumen karena peneliti sekaligus sebagai perencana, pelaksana,
pengumpul data, penganalisis, penafsir data dan pada akhirnya menjadi pelapor
penelitiannya (Lexy J. Moleong 2007: 168)
2.
Lembar Observasi
Dalam
penelitian ini digunakan dua lembar observasi yaitu lembar observasi
pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD
dan lembar keaktifan siswa. Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran STAD digunakan sebagai pedoman peneliti
dalam melakukan observasi pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sedangkan lembar observasi
keaktifan siswa digunakan pada setiap pembelajaran sehingga kegiatan observasi
tidak terlepas dari konteks permasalahan dan tujuan penelitian.
Tabel 3. Kisi-kisi
Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
No. |
Aspek |
Butir |
1. |
Presentasi Kelas a.
Apersepsi b.
Motivasi c.
Interaksi guru dengan siswa d.
Penghargaan kelompok |
1,2,4 3 5,6,7 8,9 |
2. |
Belajar kelompok a.
Aktifitas guru b.
Aktivitas siswa |
1,2,6,7 3,4,5 |
Tabel 4.
Kisi-Kisi Obsevasi Keaktifan Siswa
No. |
Aspek |
Butir |
1. |
Interaksi
siswa dengan guru |
1,2,3,4 |
2. |
Aktifitas
siswa dalam kelompok |
5,6 |
3. |
Menyelesaikan
soal dan tugas |
7,8 |
3.
Pedoman Wawancara
Pedoman
wawancara ini digunakan untuk mengetahui respon atau tanggapan guru dan siswa
mengenai proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD.
4.
Angket
Respon Siswa
Angket yang
akan digunakan adalah angket tertutup dengan alternatif jawaban yaitu selalu,
sering, kadang-kadang dan tidak pernah. Berikut kisi-kisi angket respon siswa:
Tabel 5. Kisi-kisi Angket
Respon Siswa
No |
Aspek yang diamati |
Butir |
1. |
Motivasi dalam mengikuti pelajaran |
1,2,3,14,15,16,20. |
2. |
Interaksi a.
Interaksi dengan guru b.
Interaksi dengan teman atau siswa lain |
4,7 6,13 |
3. |
Kerja sama dengan teman sekelompok |
5,8,9,10,11 |
4. |
Mengerjakan soal dan tugas a.
Mengerjakan soal dan tugas kelompok b.
Mengerjakan soal dan tugas individu |
12 17,18,19 |
5. Tes
Dalam model
pembelajaran kooperatif tipe STAD digunakan
pre test, post test, dan
kuis individu. Tes ini
digunakan untuk mengetahui sejauhmana prestasi siswa mengenai materi Pernikahan dalam Perspektif Kritiani dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
Tabel 7. Kisi-kisi
Soal Tes
No |
Indikator |
No. Item |
1. |
Menegaskan pentingnya persiapan
pernikahan |
1 |
2. |
Menguraikan
hal yang perlu dipahami dalam persiapan pernikahan kristen |
2 |
3. |
Menegaskan
hakikat pernikahan kristen |
3 |
4. |
Menguraikan
tujuan dan dasar suatu pernikahan kristen |
4 |
5. |
Memperjelas
kasih dalam keluarga kristen adalah gambaran cinta kasih Tuhan |
5 |
6.
Dokumentasi
Dokumentasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran, daftar nilai siswa, daftar kelompok, dokumen guru mengenai nilai
siswa semester ganjil, dan foto-foto selama proses pembelajaran.
7.
Catatan lapangan
Catatan
lapangan merupakan catatan tertulis tentang hasil pengamatan di kelas yang
tidak terdapat di lembar observasi. Dalam penelitian ini catatan lapangan
digunakan untuk mengamati hal-hal yang terjadi selama penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
F.
Teknik
Analisis Data
Teknik
analisis yang digunakan adalah reduksi data yaitu kegiatan pemilihan data,
penyederhanaan data serta transformasi data kasar dari hasil catatan lapangan.
Penyajian data berupa sekumpulan informasi dalam bentuk tes naratif yang
disusun, diatur dan diringkas sehingga mudah dipahami. Hal ini dilakukan secara
bertahap kemudian dilakukan penyimpulan dengan cara diskusi bersama mitra
kolaborasi. Untuk menjamin pemantapan dan kebenaran data yang dikumpulkan dan
dicatat dalam penelitian digunakan triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2005:83).
1.
Analisis
Data Observasi Keaktifan Siswa
Data hasil
observasi dianalisis untuk mengetahui keaktifan siswa yang berpedoman pada
lembar observasi keaktifan siswa. Penilaian dilihat dari hasil skor pada lembar
observasi yang digunakan. Persentase diperoleh dari skor pada lembar observasi
dikualifikasikan untuk menentukan seberapa besar keaktifan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran. Untuk setiap siklus persentase diperoleh dari
rata-rata persentase keaktifan siswa pada tiap pertemuan. Hasil data observasi
ini dianalisis dengan pedoman kriteria sebagai
berikut:
Tabel 8. Kriteria Keaktifan Siswa
Persentase |
Kriteria |
75% - 100% 50% - 74,99% 25% - 49,99% 0% - 24,99% |
Sangat
Tinggi Tinggi Sedang Rendah |
Peneliti
menggunakan kriteria tersebut karena dalam lembar observasi terdapat empat
kriteria penilaian, sehingga terdapat empat kriteria keaktifan. Cara menghitung
persentase keaktifan siswa (Sugiyono, 2001:81) berdasarkan lembar observasi
untuk tiap pertemuan adalah sebagai berikut :
2. Analisis Angket Respon
Siswa
Angket
respon siswa terdiri dari 14 butir pertanyaan dengan rincian 12 butir
pertanyaan positif (+) ada 2 butir pertanyaan negatif (-). Penskoran angket
untuk butir (+) adalah 4 untuk jawaban selalu, 3 untuk jawaban sering, 2 untuk
jawaban kadang-kadang dan 1 untuk jawaban tidak pernah. Untuk butir (-) adalah
skor 1 untuk jawaban selalu, 2 untuk jawaban sering, 3 untuk jawaban
kadang-kadang dan 4 untuk jawaban tidak pernah. Data hasil angket dibuat
kualifikasi dengan kriteria sebagai berikut :
Tabel 9.
Kriteria Respon Siswa
Persentase |
Kriteria |
75% - 100% 50% - 74,99% 25% - 49,99% 0% - 24,99% |
Sangat
Tinggi Tinggi Sedang Rendah |
Peneliti
menggunakan kriteria tersebut karena dalam angket respon terdapat empat pilihan
jawaban sehingga terdapat empat kriteria respon. Cara menghitung persentase
angket respon menurut Sugiyono ( 2001:81) adalah
sebagai berikut :
3. Analisis Hasil belajar Siswa.
Hasil tes
siswa dianalisis untuk menentukan peningkatan ketuntasan siswa, nilai individu,
skor kelompok dan penghargaan kelompok.
a.
Peningkatan
ketuntasan mengikuti ketentuan sekolah bahwa ”siswa dinyatakan lulus dalam
setiap tes jika nilai yang diperoleh ³ 60 dengan nilai maksimal 100”. Maka
dalam penelitian ini juga menggunakan ketentuan yang ditetapkan sekolah, untuk
menentukan persen (%) ketuntasan siswa dengan menggunakan perhitungan persen
(%) ketuntasan yaitu sebagai berikut:
b. Peningkatan
prestasi siswa juga dilihat dari hasil belajar jangka pendeknya yang
ditunjukkan dengan kenaikan
nilai rata-rata tes pada setiap
siklus. Dari data perolehan
skor untuk setiap tes, rata-rata nilai siswa
dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut :
c.
Peningkatan
nilai individu siswa diperoleh dengan membandingkan skor dasar siswa (rata-rata
nilai tes siswa sebelumnya) dengan nilai kuis sekarang. Aturan pemberian skor
peningkatan individu mengikuti aturan dalam Slavin (1995:80) seperti pada
halaman 10.
d.
Perolehan
penghargaan kelompok dengan melihat jumlah rata-rata skor tiap kelompok. Aturan
perolehan penghargaan kelompok mengikuti aturan dalam Mohamad Nur (2005:36)
seperti pada halaman 12.
DAFTAR PUSTAKA
Dalyono. 2005. Psikologi Pendididkan, Jakarta: Rineka
Cipta. Depdiknas. 2005. Matematika.
Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.
Etin Solihatin dan Raharjo.
2007. Cooperatif Learning: Analisis Model
Pembelajaran IPS.
Jakarta: Bumi
Aksara.
Isjoni,
dkk. 2007. Pembelajran Visioner:
Perpaduan Indonesia-Malaysia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ismail. 2003. Model Pembelajaran Kooperatif. Dit. PLP
Dikdasmen.
Lexy J Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya. Moh User Usman,. 2002. Menjadi
Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mohamad
Nur. 2005. Pembelajaran Kooperatif.
Dirjen Dikti Depdiknas.
Muhibbin
Syah. 2005. Psikologi Pendidikan: Dengan
Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Oemar Hamalik. 2003. Kurikulun dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Ponco
Sujatmiko. 2005. Matematika Kreatif:
Konsep dan Terapannya. Yogyakarta:Tiga Serangkai.
Pusat
Bahasa Depdiknas. 2002. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rochiati Wiriaatmadja. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Robert E Slavin. 1995. Cooperative
Learning Theory Research and Practise.Boston : Allyn and
Bacon.
Saifudin Azwar. 1998. Tes Prestasi II. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Suharsimi Arikunto. 2002. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.